Om Telolet Om |
Menanggapi maraknya aksi kaum barbar yang rela menukar nafasnya dengan iming-iming surga gratisan, maka saya lebih memilih sweeping bus angkutan umum sambil teriak "Om Telolet Om" ketimbang harus berlagak seperti pengawal sabda Tuhan.
Disamping itu, maraknya aksi sweeping ormas tertentu atas penggunaan atribut Natal nampaknya merupakan kekhawatiran atas lemahnya aqidah yang dianut. Aksi sweeping ini adalah bukti lemahnya toleransi dan keinginan besar untuk mengatur Negara berdasarkan dalil2 Agama versi mereka. Lagi2 saya memilih teriak2 "Om telolet Om" ketimbang harus meneriaki saudara berbeda keyakinan dengan teriakan "Kafir" yang entah Tuhan versi mana yang mengajarkan penistaan terhadap saudara se-agama samawi.
Jikalau dengan mengucapkan Selamat Natal serta memakai pakaian ala Santa Claus dianggap meruntuhkan keyakinan, maka keyakinan seperti ini patut disamakan dengan tragedi kalahnya tentara muslim di perang uhud akibat tergoda tumpukan harta tentara quraisy.
Jika hanya karena mengucapkan "Selamat Natal" bagi saudara se-agama Samawi terus dianggap kafir, maka saya juga berkenan di judge kafir, dan selanjutnya disarankan untuk piknik ke Timur Tengah dan lihat bagaimana toleransi terjalin disana.
kajian boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal juga pernah marak di luar negeri. Lembaga Fatwa Dar al Ifta Mesir lewat pimpinannya, Syekh Ali Jum'ah yang menjabat dari periode 2003-2013, berpendapat bahwa ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, alasannya karena hal ini hanyalah interaksi sosial semata dan tidak serta merta melunturkan keyakinan seseorang.
Jadi kalau seperti ini, mungkinkah Islam di Indonesia itu berbeda dengan Islam di Timur Tengah..? Sehingga kelihatan muslim di Indonesia lebih mudah terguncang keyakinannya serta mudah mengkafirkan kaum lain.
Padahal kalau sepintas kita merujuk dalam Al-Qur’an, ada ucapan selamat atas kelahiran Isa Al-Masih yang diyakini kaum Nasrani sebagai Yesus dari Nazaret yaitu "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam 19: 33)
Kupahami bahwa ucapan seperti ini hanyalah bentuk penghormatan manusia satu atas manusia lainnya, yang semestinya proses interaksi sosial tidak dibatasi dengan dogma2 agama. Dan sangat disayangkan jika masih ada yang memahami bahwa ucapan seperti ini mampu melunturkan keyakinan seseorang.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib pun pernah berkata bahwa "Dia yang bukan saudaramu dalam Iman adalah sudaramu dalam kemanusiaan".
Jangan ganti slogan Om Telolet Om dengan Om kafir Om, sebab itu tandanya jarang piknik, karena piknik pun harus naik bus yang ada teloletnya.
Salam Cinta Damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar